Aku ingin menjadi seorang hacker

Ketika pertama kali mengenal komputer, rasa ingin tahu menyergap. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan oleh sebuah komputer, saya bertanya-tanya apa yang menyebabkannya demikian.

Jika sedang iseng, saya akan mengetikkan perintah-perintah yang tidak dikenal oleh komputer. Meski selalu dijawab dengan Bad Command or File Name, saya tidak peduli.

Lalu seorang teman menunjukkan bagaimana ia bisa menampilkan namanya setiap kali komputer dinyalakan. Dan saya mempelajarinya, menghapal setiap kode yang dibutuhkan untuk menyusun balok-balok putih di layar. Dan ketika saya berhasil menampilkan nama saya di layar, saya sangat bangga.

Kemudian teman saya itu datang lagi dengan kemampuan lain. Ia bisa membuat pertanyaan yang harus dijawab sebelum seseorang bisa menggunakan komputernya. Maka saya pun belajar, saya meneliti setiap baris kode-kode yang digunakannya. Mencoba membuat hal itu.

Kemudian mata saya terbuka. Semua yang bisa dilakukan pada komputer, mulai dari mengetik hingga bermain game, merupakan buah kode-kode seperti yang sedang saya pelajari.

Saya pun tahu apa yang ingin saya lakukan kemudian. Saya tahu apa, tetapi ketika itu saya belum tahu apa namanya. Sejak dulu, saya ingin menjadi seorang hacker.

Biarkan mereka tidak mengerti mengapa saya menghabiskan berjam-jam di depan layar komputer. Biarkan mereka bilang saya kurang pergaulan atau introvert. Peduli apa saya dnegan mereka? Inilah duniaku, dunia yang tersusun hanya dari angka-angka nol dan satu.

DEFINISI HACKER

Mencoba mendefinisikan hacker sebenarnya seperti mencoba membuat semua orang tersenyum pada saat yang sama. Sebuah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dengan satu cara saja. Itu sebabnya tak pernah ada hanya satu definisi untuk hacker.

Definisi hacker umumnya terkait dengan:
1. kemampuan teknis,
2. kesukaan untuk menyelesaikan masalah,
3. rasa ingin tahu,
4. melampaui batasan-batasan yang ada, baik dalam diri maupun dari lingkungan.

Dalam kamus yang lebih banyak dimengerti orang awam, karena ditegaskan penggunaannya oleh media massa, hacker diartikan sebagai penjahat yang menggunakankomputer atau melakukan kejahatan komputer (cybercrime). Asal-usul kata hacker mungkin tak ada katanya dengan kejahatan, tetapi fakta di masyarakat istilah hacker telah begitu terkait dengan kejahatan, sehingga orang lebih mudah menyebut hacker adalah seorang penjahat yang menggunakan kemampuan komputer daripada istilah lain.

Dalam komunitas hacker yang bukan penjahat, istilah penjahat komputer diasosiasikan dengan sebutan Cracker. Menurut mereka, perbedaannya sederhana, hacker membuat sesuatu, sedangkan cracker menghancurkan atau merusaknya.

MANIFESTO HACKER

Ada semacam romantisme kenakalan remaja pada budaya hacker. Napas-napas pemberontakan yang memikat, sama memikatnya seperti Jim Morison, Che Guevara, Soe Hok Gie, Chairil Anwar, Iwan Fals, atau Eminem. Romantisme tersebut berasal dari idealisme kebebasan dan rasa ingin tahu. Seperti tercermin dalam dokumen ‘The Conscience of a Hacker‘ (Hati Nurani Seorang Hacker) yang dituliskan seorang bernama The Mentor. Berikut cuplikan dokumen yang kerap disebut ‘Manifesto Hacker’ itu:

Inilah dunia kami… dunia elektron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat.. karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar, padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut penjahat… karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat… karena kami mengejar ilmu pengetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama, tapi bagi kalian kami penjahat. Kami adalah penjahat… sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.

Ya, aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingintahuanku. Kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkataan dan pikiran mereka, dan bukan berdasarkan penampilan mereka. Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian, sebuah dosa yang tak akan bisa kalian ampuni.

Aku adalah hacker, dan inilah manifestoku. Kau bisa menghentikan satu, tapi kau tidak bisa menghentikan semuanya…. bagaimanapun juga, kami semua sama. (The Mentor, 1986)

KEMAMPUAN VS PENAMPILAN

Lebih dari semua tindak-tanduk dan ciri budaya itu, menjadi seorang hacker berarti memiliki kemampuan tertentu. Dan kemampuan itu, keahlian itu, tak bisa tergantikan oleh apapun. Keahlian adalah emas bagi para hacker.

Seorang yang diakui sebagai hacker, baik dalam arti baik maupun buruk, selalu seseorang yang memiliki kemampuan ‘menakjubkan’. Bagaikan ahli-ahli kungfu dalam cerita-cerita silat dari mandarin, seorang hacker dengan kemampuan tertinggi biasanya justru tidak sesumber.

Hacker paling tidak harus menguasai lebih dari satu bahasa pemrograman. Dan bahasa pemrograman yang dikuasainya disarankan bukan ‘Basic’. Ada banyak bahasa pemrograman yang bisa dikuasai hacker, mulai dari phyton, Java, Lisp, Perl, hingga C dan C++. Masing-masing membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk dikuasai.

Dalam dunia yang semakin terhubung, karena internet yang semakin merasuk dalam kehidupan manusia, hacker juga harus memahami cara kerja jaringan internet. Bahasa HTML (hypertext markup language) harus menjadi semacam ‘bahasa ibu’ bagi mereka.

Seorang hacker tanpa kemampuan, tetapi kerap sesumbar di forum-forum online, hanyalah ‘tong kosong’ yang bising dan mengganggu. ‘Hacker palsu’ ini biasanya akan bernasib tragis di permalukan seumur hidup atau ‘mati’ tanpa pernah diingat.

TANPA JENDERAL, TANPA PRESIDEN

Dunia para hacker adalah komunitas ‘ada dan tiada’. Anda tak akan menemukan ‘kartu anggota komunitas hacker dunia’ tapi mereka benar-benar ada. Anggotanya diakui oleh sesamanya dan mereka tak peduli apakah orang-orang lain mengakui hal yang sama. Kadang, mereka bahkan tak mau disebut sebagai hacker.

Tak ada pimpinan di dunia hacker, baik secara de facto maupun de jure. Linux Torvalds, misalnya, meski memimpin pengembangan kernel (bagian paling inti) sistem operasi Linux, bukan seorang pemimpin komunitas hacker. Jika Linus ‘mati’ ada ribuan lain yang siap menggantikannya.

Para pemimpin dalam dunia hacker, mereka yang kata-katanya berpengaruh besar, kerap kali adalah orang-orang yang tak mau jadi pemimpin. Oleh karena itu jarang sekali mereka bertindak otoriter dan membuat keputusan dengan pertimbangan pribadi saja. Selain ada aura kebebasan dalam setiap perkataan mereka, sekeras apapun pernyataan itu. Komunitas seakan selalu diberi pilihan: ‘Anda boleh ikuti saya, boleh juga tidak.’

Ada satu ungkapan yang cukup terkenal dalam komunitas hacker, ‘Show me the code‘. Artinya, tunjukkan padaku kode (pemrograman) yang telah kamu buat. Ungkapan ini menegaskan dua hal:
1. bahwa hacker dinilai berdasarkan keahliannya membuat kode program, dan
2. bahwa kode program seharusnya tidak terkunci tapi dapat ditunjukkan pada masyarakat luas.

Jika ada anggota komunitas yang membabi buta menyerang pihak tertentu, misalnya Microsoft, kepadanya akan dikatakan ‘show me the code‘. Ini adalah sebuah pertanyaan apakah ia pernah berbuat sesuatu yang kongkret untuk melawan Microsoft dengan membuat kode program yang mampu menyaingi Microsoft. Jika tidak, sebaiknya orang itu diam dan kembali bekerja.

Wicak Hidayat.

Diadaptasi dari buku “Di balik kisah-kisah Hacker legenda” oleh Wicak Hidayat dan Yayan Sopwan

2 Comments

  1. riski 14 Februari 2019
  2. Suryatni 23 Maret 2020

Leave a Reply